Latest Movie :

Pokerfest

Blue Fire Pointer

Find us on facebook

Recent Movies

Translate

Cinta Monyetku

Cinta Monyetku
Kisah Dari : Sigit Wisnu Saputro


            Aku sering bertanya-tanya apa itu cinta ? kenapa cinta itu ada ? dan dari mana datangnya cinta?. Apakah cinta punya kaki, karena orang bilang cinta bisa berjalan dari hati ke hati. Aku hanya sebutir padi jika di tanya tentang cinta, hahahaha lebay ya…., tapi itu kenyataan. Mungkin jika aku di Tanya tentang cinta? Aku pasti akan teringat masa kecilku. Dimana aku pernah mempunyai perasaan yang sedikit aneh kepada seorang cewek.
            Kejadian ini terjadi sekitar 9 tahun yang lalu. Waktu itu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sekitar jam 5 sore, aku di ajak ayahku untuk pergi kerumah nenek. Bukan hanya aku dan ayahku saja yang pergi, tetapi Ibu dan kakakku pun ikut pergi. Walau kami hanya naik sepeda, tapi itu sangat mengasyikkan. Kami bisa bersepeda bareng, dan sesekali kali kami bercanda di perjalanan. Pokoknya asyik deh masa itu, masa yang tak bisa ku rasakan lagi. Sebuah keluarga harmonis, mungkin itu sebutan yang cocok untuk keluargaku di saat itu.
            Matahari sudah mulai meredup, dan serangga-serangga  mulai berbunyian. Seolah-olah memberi pertanda bahwa rumah nenek sudah dekat. Ternyata benar, akhirnya kami sampai di rumah nenek. Kami di sambut oleh nenekku yang telah menunggu kami di depan rumah. Tak jauh dari rumah nenek terdengar suara alunan musik. Ternyata itu dari sebuah rumah orang yang akan menikah.
            Di tengah-tengah keramaian itu, terdengar suara yang tidak asing lagi memanggilku. Siapa lagi kalo bukan Jun taman baruku, ”Git, ayo kesini !!!” panggilnya. Aku dengan sigap berlari kearahnya “iya….tunggu di sana ya” jawabku. “Di sini ada apa Jun ?”tanyaku penasaran, “seperti yang kamu lihat ada orang mantu” jawabnya. Jun tersenyum kepadaku dan berkata, “kamu haus git, aku ambilin minum ya???”. Tanpa mendengar aku bilang mau atau tidak, ia sudah langsung aja lari mengambilkan aku minum.
            Dan ia datang dengan membawa sebotol FANTA dan di berikan kepadaku. Dari arah rumah Jun, terdengar suara cewek yang memanggil Jun. Jun,,,Jun, ayo pulang” kira-kira begitu suaranya. Cewek itu pun menghampiri kami dan langsung menarik tangan Jun, “ayo pulang sudah di panggil ibu !!!”. Jun sangat kesal “gak mau ah, pulang aja sendiri “ bantahnya. “Ini siapa Jun,??” tanyaku kepada Jun dengan sedikit penasaran. “Ini kakakku”jawabnya, “ohh, namaku Sigit nama kamu siapa?”tanyaku sambil ku julurkan tanganku kepada kakaknya Jun. “Namaku Tri, udah Jun ayo pulang” jawabnya sambil menarik tangan Jun. Lagi-lagi Jun membantahnya “gak mau”,”udahlah Jun pulang, nanti kesini lagi aku tungguin dah” nasehatku. Akhirnya Jun pun mau di ajak pulang “baiklah, kamu tunggu di sini ya Git”. “Ok, siip” jawabku sambil kutunjukkan jempolku.
            Mereka mulai menjauh dan anehnya, kakaknya Jun sering menoleh kebelakang dan tersenyum kepadaku. “Masa bodohlah, mending aku minum FANTA” pikirku. Belum lama aku minum, terdengar lagi suara cewek tetapi kali ini agak kasar, “hey, apa yang kamu lakukan” teriakkan cewek itu. Aku cuek aja, karena aku fikir yang di maksut bukan aku. Ternyata aku salah, cewek itu mendekat dan memukul punggungku sampai aku tersedak. “Kamu budek ya, sini kembalikan botolnya!!!” bentak cewek itu. Aku langsung menyedot Fanta itu sampai habis dan ku berikan pada cewek itu “nih botolnya”. Malihat botolnya sudah kosong, cewek itu marah “kenapa kamu habiskan, kamu ini….”. aku langsung memotong pembicaraan dengan agak kasar “terserah aku, botolnya aja diem kenapa kamu sewot” bantahku.
            Kemudian aku berjalan menjauh dari cewek itu. Setelah agak jauh, aku menengok ke belakang dan terlihat cewek itu berlari mengejarku. Kemudian aku lari dan kami pun kejar-kejaran layaknya Tom & Jerry. “Ini cewek atau cowok ya, kok tidak capek juga” pikirku. Rasa saling benci tidak terelakkan saat itu, dan setelah lama saling kejar akhirnya aku berhasil lolos. Aku ngumpet di belakang tumpukkan batu bata yang tidak jauh dari tempat itu. “Huuhh, lega….lega” pikirku.
            Dari kejauhan, terlihat Jun dan temannya berjalan kearah rumah orang mantu tadi. Dengan berbisik-bisik aku memanggil JunJun..Jun, ayo kesini” bisikku memanggilnya. Jun mendengar panggilanku, dan segera menghampiriku “kenapa kamu di sini Git” Tanya Jun. Dengan nafas yang berdegup kencang, aku menjawab “aku tadi di kejar cewek gila”. “cewek gila, siapa?” Tanya Jun, “mana aku tahu” jawabku. “kamu kelihatan haus, aku ambilin minum ya” kata yang terucap dari mulut temannya Jun.
            Seperti halnya Jun, ia juga langsung berlari mengambilkan aku minum tanpa aku bilang mau ataupun tidak. Ia pun datang sambil membawakan kami minum “nih minum”. Karena aku kehausan ya kuterima aja “makasih ya”,”kita duduk di situ yuk” ajakan teman Jun itu. “Tapi….”belum selesai aku bicara, Jun malah menarik tanganku”udah ayoook”. “Oh iya, nama kamu siapa, aku Sigit” tanyaku kepada temannya Jun. “Namaku Denis, hehehehe” jawabnya sambil tersenyum. Dan kami pun duduk bertiga sambil minum FANTA. “uh….segarnya” pikir kami.
            Tiba-tiba datang cewek gila itu lagi dan kali ini cewek itu bersama dengan teman-temannya. “Hey,,,udah di bilangin jangan ambil FANTA kok malah ambil lagi” teriak cewek itu. Denis langsung aja berdiri dan mengejek cewek tadi “mau….beli dong” ejeknya. Cewek itu terlihat marah, dan langsung berlari kearah kami. Tiba-tiba….!!!!, cewek itu tersandung batu dan terjatuh. Bajunya kotor di penuhi debu, di tambah dengan teman-temannya yang mentertawakan dia, sehingga membuatnya menangis. Awalnya Jun & Denis juga ketawa, tapi aku menyuruh mereka untuk diam.
            Aku melangkah mendekati cewek itu, dan kujulurkan tanganku untuk  membantunya berdiri. “Kamu tidak apa-apa” tanyaku sambil membantunya berdiri. Entah kenapa, saat itu jantungku berdetak kencang ketika aku menatap matanya. Aku usap air matanya dan ku bersihkan bajunya yang telah di penuhi debu. Cewek itu terus menangis karena teman-temannya terus mengejeknya. “Wooy” bentakku”kalian ini teman seperti apa, lihat temannya terjatuh bukannya di tolongin malah di ketawain, pergi san”. Mereka pun berhenti tertawa dan pergi menjauh dari kami “jangan nangis, ayo kita duduk” kataku menenangkannya. Kemudian aku menggandeng tangannya dan mengajaknya untuk duduk bersama Jun & Denis.
            Kemudian aku menjulurkan botol FANTA yang aku minum tadi kepada cewek itu “nih aku balikin, maafin aku ya”. “Kamu gak salah kok, di minum aja lagi”jawabnya. Waktu itu aku sadar, di balik sifat kasarnya ternyata dia bisa bicara lembut juga. Dan aku pun sadar jika cewek itu sangat cantik, dan mungkin aku jatuh cinta kepadanya. “Makasih ya, eh ngomong-ngomong nama kamu siapa?” tanyaku penasaran. Dan ia pun menjawab “panggil saja aku Nana, nama kumu siapa?” kemudian ia berbalik tanya. “Namaku Sigit, hehehehe” jawabku dan akhirnya kami berkenalan.
            Tak lama kemudian, Tri datang dan bergabung bersama kami “kamu kenapa Na, kok nangis” Tanya Tri kepada Nana. “Tadi aku terjatuh, untung ada Sigit yang nolongin aku” jawabnya. “Ohh, kalian sudah saling kenal” kata Tri dengan tersenyum. Malam itu kami ngobrol bareng, bercanda bareng asyik dah pokoknya dan kami pun menjadi sahabat. Dan malam itu juga,,,, aku bertemu dengan bidadari hatiku yang tak bisa ku lupakan sampai aku sampai di rumah. Cewek itu tinggi, berkulit sawo matang, dan berhidung pesek. Tapi hidungnya itu yang selalu mengingatkan aku kepada Nana.

“Aku pernah berkata kepada diriku sendiri, jika Nana yang akan menjadi pendamping hidupku di masa depan”
“I LOVE YOU BIDADARI PESEKKU”

7 Tips : Menjadi kakak yang baik

7 Tips : Menjadi kakak yang baik
          Sering kita jumpaiseorang kakak adik yang saling bertengkar. Entah itu karena masalah kecil ataupun besar. Mungkin itu wajar, tetapi alangkah baiknya jika kakak & adik itu hidup rukun. Pasti akan membuat orang tuanya merasa bahagia. Untuk itu, berikut tips dari saya menjadi kakak yang baik, karena kakak yang baik dapat menjaga kerukunan persaudaraan. Berikut tipsnya :
1.     Mengalah kepada adik
Dengan mengalah, kita akan membuat hati adik kita merasa nyaman ada di dekat kita. Sehingga, akan terciptanya rasa saling pengertian dari adik kita. Mungkin cara ini dapat membuat adik kita sombong, tetapi bisa dicoba dulu.
2.     Member oleh-oleh pada adik ketika pulang berpergian
Adik kita akan sangat senang jika kita mebawakan oleh-oleh. Sehingga rasa saying seorang adik terhadap kakak akan muncul.
3.     Membantu adik jika ada masalah
Saat adik kita dalam masalah, kita sebagai kakak harus mencadi tempat curhat dan pemecah masalah dari adik. Dangan cara itu, adik pun akan merasa bahawa ia memiliki seorang sahabat.
4.     Melindungi adik
Nah, ini cara yang sering di lakukan seorang kakak yaitu melindungi adiknya. Seorang adik akan merasa aman di dekat kita, jika kita melindunginya.
5.     Terlihat hebat dihadapan adik
Cobalah tarlihat hebat dihadapan adik seperti jadi pemberani, walau hanya di depan adik doang kita berani. Cara ini dapat membuat bangga seorang adik memiliki kakak seperti kita.
6.     Sering memuji adik
Kita dapat memuji adik kita seperti bilang dia itu ganteng, cantik, pintar dan lain-lain. Dengan itu, ia pun akan menghargai kita sebagai seorang kakak.
7.     Meluangkan sedikit waktu kita untuk adik
Luangkanlah sebagian waktu kita untuk berbicara & bermain dengan seorang adik. Adik pasti akan merasa senang jika ada orang yang menemaninya saat di rumah.
          Itulah “7 Tips : Menjadi kakak yang baik”. Semoga dengan tips darikuini dapat membantu kalian menciptakan hubungan kakak adik yang rukun & harmonis. Amin, selamat mencoba…..

Kesusahan tak hentikan langkahku

Kesusahan tak hentikan langkahku
Karya dari : Sigit Wisnu Saputro 
Kategori : Kisah Nyata


                Allahuakbar….Allahuakbar….Allahuakbar….
                Suara takbir melengkapi keindahan mala mini, yang menandakan esok adalah hari raya Idul Fitri. Dengan penuh semangat aku bersiap-siap untuk pergi takbiran di masjid. Sesampainnya di depan masjid, terdengar suara orang memanggil namaku “Git, ayo kesini” begitu kiranya. Ternyata itu suara temanku yang bernama Dedi memanggilku. Aku pun menghampiri dia dan bertanya “ada apa memanggilku?”. “Kamu punya rencana tidak untuk pergi berkunjung ke rumah Bu Ambar” kata Dedi. “Aku dan Yus rencananya ingin pergi, tapi aku tak tahu pasti rumah Bu Ambar” sambungnya. “Kamu pasti tau kan rumahnya Bu Ambar Git?” Tanya Dedi kepadaku. Dengan tersenyum aku menjawab “tentu saja aku tahu”,”OK, kalau begitu Idul Fitri kedua kita pergi ya!!!” kata Dedi. “OK, tenang aja” jawabku dengan santai. Kami pun pergi masuk ke masjid untuk takbiran bersama-sama.
                Hari yang din anti pun tiba, Dedi & Yus sudah menungguku di depan rumahku. Aku pun bergegas keluar untuk menghampiri mereka. Kami berangkat naik sepeda, aku berboncengan dengan Yus, sementara Dedi memakai sepeda sendiri. Dengan penuh semangat, kami mulai menggayuh sepeda dan mengawali petualangan kami di hari itu.
                Baru saja setengah perjalanan, tetapi musibah telah menghampiri kami. Lebih tepatnya di dekat pabrik keramik ban sepedaku meletus “DUAAAR”. Kami kebingungan karena tidak ada tempat tambal ban yang buka. Kami cari dan terus mencari tapi kami tak kunjung juga menemukan tempat tabal ban. Dari kejauhan, terdengar suara teriakan Dedi memanggil kami “Woooy, kesini cepat!”. “Ada apa?” tanyaku penasaran. “Sebaiknya kita sembunyikan aja sepeda kita di dalam bangunan itu” jawab Dedi sambil menunjuk kearah sebuah bangunan tua. “Apa kamu yakin mau menyembunyikan sepeda kita di sana” tanyaku lagi. “Udah ayook, dari pada gak jadi pergi” kata Dedi menarik tanganku.
                Kami pun menyembunyikan sepeda kami dan melanjutkan perjalanan dengan naik bis. Dan kami sampai di perempatan mayong terus kami lanjutkan lagi dengan naik angkutan. Huuh lama sekali nunggu angkutan jalan, untung ada segrombolan cewek ikut naik jadi bisa berangkat juga deh. Di dalam angkot itu ada seorang nenek yang bertanya kepadaku “mau kemanan nak?”. “Mau berkunjung ke rumah guru nek” jawabku. “Oh….rumah gurumu di mana nak” Tanya nenek itu lagi “Singaraja nek”. Nenek itu terus bertanya kepadaku layaknya polisi yang sedang mengintrogasi penjahatan. “Singarajanya sebelah mana nak” Tanya nenek itu lagi. “Aduh, rumahnya Bu Ambar kan di tengah sawah, cara jelasinnya gimana ya,” pikirku. “Ya…. gak tau pasti nek, tapi aku hafal kok rumahnya guruku itu” jawabku. Haduh ,orang di samping nenek malah ikut-ikutan mengintro gasiku “lho gimana sih dek, kok malah gak tau pasti” kata orang itu. “lho kamu gimana sih” cewek-cewek sampingku juga komen ke aku. Haduuuh, pusing kepalaku.
                Jadinya aku hanya diam tak menjawab dan hanya senyam-senyum doang. Tapi mereka tak berhenti juga ngomel-ngomelnya. Lebih parahnya lagi, Dedi & Yus juga ikut-ikutan nyalahin aku lagi “lho kamu gimana sih git” kata Dedi & Yus. “Sialan ni orang, bukannya bantuin aku kok malah ikut nyalahin akau” pikirku. Sopir angkot itu pun mendengar perdebatan kami, dan ikut juga mengintrogasiku “kamu ini turun dimana nak”. “Ya….kalo udah sampai nanti aku turun” jawabku. “Kalo begitu kamu turun dib alai desa aja ya, nanti kamu Tanya sama orang-orang aja” kata sopir angkot itu. “Dari pada aku terus terpojok di sini, mendingan aku ikutin aja saran sopir itu” pikirku. “Ya sudahlah pak, aku ikut saran bapak aja” jawabku.
                Dan kami pun di turunkan di depan balai desa Singaraja. Sejak di turunkan dari angkot itu, aku terus ngomel-ngomel terutama pada Dedi & Yus “kalian tadi gimana sih, bukannya bantuin ngomong kok malah ikutan nyalahin aku” kataku dengan nada tinggi. “Hehehehe, maaf git terbawa suasana” jawab Dedi & Yus dengan santainya. “Kalau mereka bukan temanku, udah aku tonjok mereka berdua” pikirku. Dari kejauhan aku melihat sebuah rumah yang nampaknya itu adalah rumah Bu Ambar. Ternyata aku benar, kami pun langsung bergegas menuju rumah itu.
                Aku pikir, ketika sampai di rumah Bu Ambar kesulitanku bakalan hilang, ternyata aku salah besar. Bu Ambar malahan tidak ada di rumahnya, “haduuh, udah capek-capek datang kesini, yang di cari malah tidak ada di rumah” kataku kecewa. “Udah git, kita istirahat aja dulu di sini sambil nunggu Bu Ambar pulang” kata Dedi. “Iya git, siapa tahu nanti Bu Ambar sudah pulang” sambung Yus.
                Kami pun duduk di teras rumah Bu Ambar untuk menghilangkan letih. Sesekali kami pun bercanda sambil main kejar-kejaran. Uhhh, tak terasa sudah 30 menit kami menunggu tapi Bu Ambar belum juga pulang. “Udah, ayo kita pulang aja yuk” ajakku”ayolah, aku juga sudah bosan menunggu” jawab Dedi. Kami berniat mencegat angkot, tapi tak ada satu pun angkot yang lewat “kita nebeng aja yuk” saranku. “OK, tapi kamu ya yang menghentikan kendaraannya” Tanya Yus ”OK” jawabku. aku pun melambaikan tanganku ketika ada truk atau sejenisnya. Ada satu kendaraan yang mulai berjalan pelan saat itu, kami kira itu mobil yang mau untuk kami tebengin. Padahal kami sudah senang dan bahkan hamper naikmke bak mobil itu, eh ternyatavmobil itu mau belok.
                Haduuh malu rasanya, kami pun memutuskan untu berjalan kaki sampai ke perempatan mayong. Dengan perasaan kecewa, capek, bercampur dengan marah telah menyelimuti kami saat itu. Entah berapa lama kami berjalan, akhirnya sampai juga di perempatan mayong. Kami pergi ke kedai dekat pasar untuk membeli minuman. Setelah minum, kami pun melanjutkan pergi ke pabrik keramik jalan kaki karena uang kami udah habis. Untung aja sepeda kami masih ada pada tempatnya, kalau hilang pasti dah aku bakar ini bangunan. Setelah itu, kami berjalan kaki lagi samapi rumah sambil menuntun sepedaku yang bocor tadi. Sesampainya di rumah aku langsung pergi ke kamar trus istirahat.

“Tetapi, di balik kesusahan yang telah kami alami saat itu, kami menemukan sesuatu yang berharaga, yaitu kebersamaan”
“Meski kesusahan menimpa kami berkali-kali, tetapi kami berkali-kali juga melawan kesusahan itu dengan kebersamaan”
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kenanganku di SMA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger
- See more at: http://tutorialseo-blog.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-halaman-123-page-number.html#sthash.MSFpTj1q.dpuf