Bintang-bintang indah menghiasi malam ini, dengan di
iringi sinar rembulan yang melengkapi indahnya malam. Aku bergegas untuk pergi
bermain petak umpet dengan teman-temanku. Letaknya agak jauh dari rumahku dan
sangat sunyi. Jadi itu tempat yang cocok untuk bermain petak umpet.
Setelah semuanya berkumpul, kami langsung mulai bermain.
Yang jaga bersandar di pohon dan yang lainnya pergi ngumpet. “Untung aku gak
jaga duluan” pikirku saat aku menang suit dengan temanku. Aku sih memang tidak
jaga, tapi aku tertangkap terus ketika bersembunyi. Untung mbah Bejo bersamaku,
jadinya meskipun aku tertangkap terus tapi aku tak pernah jaga hehehehe.
Di waktu tertentu, aku merasa sangat bosan karena aku
tertangkap pertama. “Huh kesal” seruku. Karena bosan, aku memutuskan untuk
berkeliling sekitar lokasi tempat bermain tadi. Di tengah semak-semak, aku
melihat sesosok tangan melambai di semak itu. “Pasti ada yang ngumpet di
semak-semak itu” pikirku. Aku melihat di sekitarku, “wah mumpung yang jaga
tidak ada, aku lihat aja yang sembunyi di sana” ucapku dalam hati.
Aku memutuskun untuk melihat ke semak-semak. Aku telusuri
semak-semak itu, tetapi tidak ada satu pun temanku di situ. “Git, ngapain di
situ, sudah tertangkap semua nih” teriak temanku yang bernama Reza. Aku pun menjauh dari semak-semak
untuk mendekatinya. Aku sangat heran dan sangat penasaran. “Hei, tadi ada yang
ngumpet di semak-semak apa tidak” tanyaku kepada teman-temanku. “tidak ada tuh,
di situ kan banyak ulat bulunya” jawab temanku yang bernama dicky “memang ada apa Git?” Tanya Dicky. “Oh, tidak ada apa-apa kok” jawabku. “Mungkin tadi Cuma
halusinasiku” ucapku dalam hati.
Sudah banyak pergantian penjaga telah terjadi, tetapi aku
tidak pernah jaga. Sebagian temanku sudah pada pulang, yang tersisa tinggal
lima orang. “Ya sudah ini yang terakhir ya, ayo suit lagi” kata temanku yang
bernama Romi. Aduh sialan, di
giliran yang terakhir aku malah jadi yang jaga. Aku pun mulai berhitung sampai
sepuluh, dan mereka pun sudah bersembunyi di tempatnya masing-masing.
Ku telusuri semua tempat, dan satu per satu teman-temanku
telah tertangkap. Sekarang tinggal si Romi
saja yang belum tertangkap. Langkahku tertuju pada sebuah pohon mangga yang
biasa di jadikan tempat ngumpet. “Ada orangnya tidak ini?” ucapku di bawah
pohon. Tiba-tiba terdengar suara erangan dari atas pohon “Grrrrrrr”. “Itu pasti
Romi, turun lo” bentakku yang
mengira ada Romi di atas pohon.
Tidak ada reaksi apapun dari atas pohon “cepat turun,
kalau tidak aku timpukin lho” bentakku memaksa. Tetap tidak ada jawaban, jadi
aku mengimbil kerikil-kerikil di sekitr pohin. Dan kemudian aku lemparkan ke
atas pohon mangga itu.
Dari arah pohon tempat berhitung tadi, terdengar suara Romi memanggilku. “Gitt, aku udahan
yaa…” teriaknya. “Kalau yang di sana Romi,
yang di atas pohon ini siapa?” pikirku dalam hati. Aku langsung berlari menjauh
dari pohon mangga itu menuju kearah teman-temanku yang belum pulang. Aku
ceritakan semua yang tadi aku alami, tetapi tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mereka malah menakut-nakuti aku.
Sepanjang jalan pulang, aku terus kepikiran kejadian yang
tadi aku alami. Hatiku tak henti bertanya-tanya “apa yang aku dengar di atas
pohon tadi???”. Ketika sampai di biwah pohin mangga tadi, aku terus saja
berjalan tanpa melihat pohon itu. Tiba-tiba, selembar daun menimpaku. Tanpa
melihat keatas, aku langsung berlari kencang tanpa henti sampai di rumah. Huuh
lega rasanya sudah sampai di rumah. Meski begitu, aku masih tetap penasaran
“apa yang ada di pohon mangga tadi ya???”
“Sebuah
misteri yang belum terpecahkan sampai saat ini”