Si gadis berkrudung biru
Rembulan bersinar terang di tengah gulita malam.
Hari ini aku berencana untuk pergi ke menara bersama Reza. Ku duduk menyendiri
di teras rumahku, menunggu ia datang. Cukup lama aku menungg, akhirnya sebuah
terpaan cahaya menyilaukan mataku. Ternyata Reza datang juga menggunakan
motornya. "Lama sekali sih" bentakku sesampainya ia di hadapanku. Ia
hanya tersenyum dan berkat "hehehe, sory sory". "Ya sudahlah,
ayo berangkat" ajakku. "OK,boss" jawabnya yang memulai
memutar motornya dan kami pun berangkat.
Dinginnya angin malam mengiringi perjalanan kami. Sepanjang perjalanan aku ngobrol dengan Reza. Dan tak terasa, kami sudah samapai di tempat tujuan. Tetapi antriannya panjang banget, ya maklumlah ini malam jum'at pasti ramai. Dengan penuh perjuangan akhirnya kami dapat masuk juga "uhh" keluhku.
Kami langsung memarkirkan motor dan berjalan menuju ke makam sunan kudus untuk berziarah. Setelah selesai, kami pun menuju ke arah menara untuk duduk-duduk sejenak. Sambil duduk, sesekali kami saling melontarkan gurauan. Meski hanya berdua, tapi setidaknya kami dapat terhibur malam ini. "Git, kita jalan-jalan yuk !" ajak Reza. "Kemana ?" tanyaku "berkeliling sekitar sini" jawabnya. "OK lah, dari pada dudak-duduk doang" ucapku setuju.
Kami pun jalan-jalan berkeliling di sekita menara. Jejeran toko-toko tertata rapi di sepanjang tepi jalan. Ada sebuah toko soufenir yang menarik perhatian kami. Dan kami pun mampir sejenak untuk membeli sesuatu. Aku dan Reza membeli sebuah gelang yang berbeda. Gelang itu pun langsung kami pakai, dan melanjutkan
perjalanan kami.
Tiba-tiba "krrrrk" suara perutku yang mulai memberontak. "Kamu laper tidak ?" tanyaku pada Reza. "Iya nih, kita beli makanan yuk !" ajaknya. Kami pun bergegas menuju ke tempat penjual makanan. Akan tetapi, setiap penjual yang kami datangi selalu di penuhi pembeli. "Adu...h, gimana nih git, penuh semua" resahnya. "Ya iyalah, kamu pikir kamu doang yang mau beli" bantahku.
memutar motornya dan kami pun berangkat.
Dinginnya angin malam mengiringi perjalanan kami. Sepanjang perjalanan aku ngobrol dengan Reza. Dan tak terasa, kami sudah samapai di tempat tujuan. Tetapi antriannya panjang banget, ya maklumlah ini malam jum'at pasti ramai. Dengan penuh perjuangan akhirnya kami dapat masuk juga "uhh" keluhku.
Kami langsung memarkirkan motor dan berjalan menuju ke makam sunan kudus untuk berziarah. Setelah selesai, kami pun menuju ke arah menara untuk duduk-duduk sejenak. Sambil duduk, sesekali kami saling melontarkan gurauan. Meski hanya berdua, tapi setidaknya kami dapat terhibur malam ini. "Git, kita jalan-jalan yuk !" ajak Reza. "Kemana ?" tanyaku "berkeliling sekitar sini" jawabnya. "OK lah, dari pada dudak-duduk doang" ucapku setuju.
Kami pun jalan-jalan berkeliling di sekita menara. Jejeran toko-toko tertata rapi di sepanjang tepi jalan. Ada sebuah toko soufenir yang menarik perhatian kami. Dan kami pun mampir sejenak untuk membeli sesuatu. Aku dan Reza membeli sebuah gelang yang berbeda. Gelang itu pun langsung kami pakai, dan melanjutkan
perjalanan kami.
Tiba-tiba "krrrrk" suara perutku yang mulai memberontak. "Kamu laper tidak ?" tanyaku pada Reza. "Iya nih, kita beli makanan yuk !" ajaknya. Kami pun bergegas menuju ke tempat penjual makanan. Akan tetapi, setiap penjual yang kami datangi selalu di penuhi pembeli. "Adu...h, gimana nih git, penuh semua" resahnya. "Ya iyalah, kamu pikir kamu doang yang mau beli" bantahku.
Hampir saja kami putus harapan, sebelum akhirnya
kami tipa di sebuah penjual martabak. Di tempat itu cukup sepi dan hanya ada
satu pembeli saat itu. Kami bergegas memesan martabak untuk mengisi amunisi perut
kami. Pandanganku tertuju kepada cewek yang ada di sebelahku. Entah kenapa aku
terus memperhatikan dia yang waktu itu menggunakan krudung biru.
Secara tidak sengaja, mulutku mengeluarkan suatu kata dengan sendirinya. "Penjepitnya kok di pegangin terus sih mbak, gak hilang gak hilang" ucapku tanpa kusadari. Ia hanya tersenyum mendengar perkataanku itu sambil terus memegang penjempit martabak. Entah kenapa aku tak ingin melewatkan untuk memandang ia saat tersenyum.
Tetapi penjual martabak itu mengacaukan pandanganku. Karena martabak yang ia goreng telah matang. Cewek itu terlihat bergesa-gesa mengambil martabak itu dan di masukannya pada kantong plastik. "Santai aja mbak gak usah buru-buru, kiamat masih lama kok" ucapku tanpa ku sadari lagi.
Tiba-tiba datang 2 orang cewek yang mengagetkan cewek berkrudung biru itu. Tampaknya itu adalah temannya "oh jadi ini ya tingkahmu di belakangku" ejek salah satu temannya itu. "Ih apa sih" elak cewek krudung biru itu.
Ia semakin tergesa-gesa untuk mengambil martabak. "Kenapa sih kok buru-buru, kan ada ..." kata salah satu temannya yang melirikan matanya ke arah aku & Reza. "Ih apaan sih, aku di suruh langsung pulang makanya aku buru-buru" balasnya.
Ia membeli semua martabak yang telah matang itu. "Eh mbak, kok di ambil semua sih mau kamu jual lagi ya" sahutku. "Denger itu ris, mau kamu jual lagi ya" ejek salah satu temannya lagi. "Nih pak uangnya" cewek itu membayar dan berkata lagi "auah aku buru-buru"sambungnya.
Ia langsung bergerak menjauh dengan membawa satu kantong martabak. Tak lama dari itu, martabakku juga telah matang. Aku taruh martabak itu di kantong plastik kemudian aku bayar dan kembali ke menara. Aku terus teringat dengan gadis kerudung biru itu. Belum sempat aku tanya namanya kok malah dah pergi duluan.
Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan si gadis berkrudung biru itu. Apa mungkin aku jatuh cinta padanya, tapi aku kan baru pertama kali bertemu. Masa bodoh lah, kalau dia memang jodohku pasti akan bertemu lagi.
Secara tidak sengaja, mulutku mengeluarkan suatu kata dengan sendirinya. "Penjepitnya kok di pegangin terus sih mbak, gak hilang gak hilang" ucapku tanpa kusadari. Ia hanya tersenyum mendengar perkataanku itu sambil terus memegang penjempit martabak. Entah kenapa aku tak ingin melewatkan untuk memandang ia saat tersenyum.
Tetapi penjual martabak itu mengacaukan pandanganku. Karena martabak yang ia goreng telah matang. Cewek itu terlihat bergesa-gesa mengambil martabak itu dan di masukannya pada kantong plastik. "Santai aja mbak gak usah buru-buru, kiamat masih lama kok" ucapku tanpa ku sadari lagi.
Tiba-tiba datang 2 orang cewek yang mengagetkan cewek berkrudung biru itu. Tampaknya itu adalah temannya "oh jadi ini ya tingkahmu di belakangku" ejek salah satu temannya itu. "Ih apa sih" elak cewek krudung biru itu.
Ia semakin tergesa-gesa untuk mengambil martabak. "Kenapa sih kok buru-buru, kan ada ..." kata salah satu temannya yang melirikan matanya ke arah aku & Reza. "Ih apaan sih, aku di suruh langsung pulang makanya aku buru-buru" balasnya.
Ia membeli semua martabak yang telah matang itu. "Eh mbak, kok di ambil semua sih mau kamu jual lagi ya" sahutku. "Denger itu ris, mau kamu jual lagi ya" ejek salah satu temannya lagi. "Nih pak uangnya" cewek itu membayar dan berkata lagi "auah aku buru-buru"sambungnya.
Ia langsung bergerak menjauh dengan membawa satu kantong martabak. Tak lama dari itu, martabakku juga telah matang. Aku taruh martabak itu di kantong plastik kemudian aku bayar dan kembali ke menara. Aku terus teringat dengan gadis kerudung biru itu. Belum sempat aku tanya namanya kok malah dah pergi duluan.
Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan si gadis berkrudung biru itu. Apa mungkin aku jatuh cinta padanya, tapi aku kan baru pertama kali bertemu. Masa bodoh lah, kalau dia memang jodohku pasti akan bertemu lagi.
“Aku menunggumu gadis misterius berkrudung biru”